Bukan Diary Rahasia #2


Kembali dengan Via! Sekarang lanjutan cerita kemarin ya. Bukan Diary Rahasia #2...


Faris tentu saja tidak tahu kalau aku suka dia. Menurutku (waktu aku suka sama Faris) Faris itu cowok terganteng yang pernah ada, meski agak tembem pipinya, tapi dia itu putih, rambutnya lurus pendek (ya iyalah kalo panjang berarti cewek), kalau tertawa manis banget... biasalah namanya orang jatuh cinta itu, pasti orang yang ditaksirnya dipuji-puji dan tidak diungkit kekurangannya.
Denger suara gesekan sandalnya aja hati kita meleleh... iya gak? WKWKWK.. >.<

Belum satu tahun, ibuku sudah usaha jualan soto koya di teras rumah. Alhamdulillah, semua masakan ibu memang beda dari yang lain dan jauh lebih enak. Mungkin ini karunia untuk kami untuk jalan rezeki. Soto koya buatan ibu memang... hm, tak tertandingi deh!! Selain jualan soto koya, ibuku juga jual tahu campur (semacam kupat tahu khas Magelang yang sedikit berbeda), pecel (kalau di Bandung lotek), tempe-tahu bacem, dan kerupuk karak untuk pelengkap tahu campur. LARIS ABISS!!

Kalian semua harus tahu kalau ibuku punya pelanggan setia, yakni Bunda (Tante Iendri atau bundanya Icha yang biasa kupanggil 'bunda') dan Faris. OMG, seneng enggak sih orang yang ditaksir dateng ke rumah tiap hari beberapa kali???

Bunda selalu pesan soto koya yang banyak, soalnya keluarganya yang dari Bogor sedang ada di rumahnya. Sedangkan Faris selalu beli soto koya, donat, gorengan, terkadang pecel. Faris itu.... pernah bikin aku dan Aisha adikku tertawa tak henti-henti!

"Beeeli." Pagi itu Faris menyapa seperti biasanya. Ibuku keluar dari dapur dan menuju teras yang ada etalase besar di atas meja berisi bacem-baceman, donat dan gorengan.

"Beli apa?" tanya ibuku seperti biasa.
"Sotonya ada?" tanya Faris.
Aku mengintip dari jendela yang menghadap ke teras. Aku senyum-senyum puas melihat wajahnya (maklumin deh). Kudengar ibu menjawab, "Ada. Mau beli berapa?"
FARIS TERDIAM. DIA BERPUTAR BALIK DI TEMPATNYA DAN PERGI BEGITU SAJA. NAIK SEPEDANYA, TERUS PULANG KE RUMAHNYA, KAYAKNYA. AKU TERTAWA. IBU MENGERNYIT TIDAK MENGERTI SAMBIL TERTAWA KECIL. Ibuku tanya, "Itu anak yang mana sih? Yang biasanya beli sama adiknya itu kan?"

Adik Faris adalah Fauzi. Bisa dilihat fotonya di "Bukan Diary Rahasia#1".

Aku mengangguk mengiyakan. Hehe... Faris itu maunya apa sih?? Ini kisah nyata lho, enggak aku ubah apa-apanya. Dia lucu amat!
Beberapa menit kemudian, Faris balik lagi ke rumahku dan beli soto sembilan bungkus!! Mungkin tadi dia tanya dulu ke orangtuanya karena dia lupa pesanannya. Dan kejadian ini terulang terus setiap dia datang ke sini untuk beli dagangan ibuku. BUAHAHAHAHA....!! (pst, perempuan jangan ngakak, saru atau enggak pantes...)

Aku itu sering banget main sama Faris, tapi enggak pernah ngobrol sama dia satu huruf pun. Soalnya aku malu, lagian aku anak baru. Maklum kan? Faris aktifnya ngobrol sama Kalingga dan Icha waktu main. Aku, Aisha dan Fathya (adikku yang satunya lagi) kadang diam, kadang ikut nimbrung bersama.

Waktu itu pertama kali aku ke perpusda Salatiga. Perpusnya keren banget. 1 : 10 sama perpusda Salatiga yang jaman baheula tea. Nah, pertama kali ke sana (inget, aku ini homeschooler ya) aku melihat banyak anak sekolahan pakai seragam yang tidak merah-putih. Aku tau seragam ini. Ini seragam anak-anak SD Muhammadiyah Plus Salatiga!! Faris kan sekolah di sana!

Benar saja, waktu sedang menaiki tangga menuju lantai dua (lantai satu untuk arena komputer, arena buku anak yang tak bisa dipinjam, lantai dua adalah segala buku yang bisa dipinjam), aku berpapasan dengan Faris dan tek! tatapan kami bertemu. Tapi hanya sekejap dan Faris berlalu berlawanan arah denganku.

Dua hari kemudian, aku bermain (ini bukan di perpus lho) bersama Icha dan Kalingga. Hari itu Faris datang terlambat untuk bermain karena menjemput teman-teman lain dulu untuk main ke lapangan bersama (katanya mau main voli, di lapangan dekat masjid Baiturrozaq yang ada di perumahan kami). Begitu Faris datang bersama yang lainnya...

"Ayo, Mbak Via," kata Indana yang mirip Annisa Chibi itu. Dia baru beberapa minggu kenal aku, dan dia seakan sudah sahabatan lama denganku menggandeng tanganku untuk berangkat ke lapangan.

Aku tersenyum. Tiba-tiba aku merasa Faris menatapku lama. Aku meliriknya sedikit-sedikit, dan aku menatap teman-teman yang lain lagi. Lalu tiba-tiba Faris tanya sama aku, "Kamu seng ada di perpus kemarin yo?"

"Eng... iya," jawabku gugup. Aku seakan mengutuk diri sendiri. Kenapa nada bicaraku jadi begitu-begitu amat?!! RASANYA.... HUUURRRGGHH...!!

#

Kemudian aku berteman dengan Mbak Putri. Mbak Putri yang mana? Yang mirip Febby Rastanty itu... (kalo menurut kalian enggak mirip, enggak masalah kan). Dia itu cantik. Rambutnya panjang bergelombang dan tebal, matanya agak menyipit, hidungnya pesek tapi enggak jelek kan?

Dulu dia enggak pakai kerudung. Setelah temenan lama sama aku, dia kerudungan terus meski masih agak amatir. Pakai kerudung, tapi baju lekbong (kelek katembong/ketiak kelihatan), celana pendek pas di atas lutut. Makin lama sekarang celana panjang yang lebar atau kalo enggak rok, baju panjang dan jilbab yang lebar panjang. Alhamdulillah ya... kata Mbak Putri sendiri, dia berubah karena aku. Padahal aku enggak apa-apain dia??

Pertemanan aku dan Putri kini semakin jauh. Usia kami yang terpisah dua tahun (Putri:kelahiran 2001, aku:kelahiran 2003) tak membuat masalah. Aku dan Putri sudah seperti sahabat sangaaaaat dekat. Dia jadi teman curhat aku, aku jadi teman curhat dia. Adik-adikku dan adik-adiknya berteman dekat pula. (Adikku:3:Aisha[9th], Fathya[7th], Ghazief[2th]) (Adik-adik Putri:2:Kamal[9th], Salsabila[2th]) jadi pas kan?

Ternyata Kamal adalah adik Putri! Kamal yang waktu itu! Ini foto mereka :



Aku tempat curhat Putri, Putri tempat curhatku. Yup, mungkin tidak tepat kalau curhat namanya. Tapi kami berdua berjanji tidak akan pernah menyembunyikan apapun yang kami ketahui. Aku cerita pada Putri kalau aku suka Faris, dan Putri cerita kalau dia suka sama anak cowok di kelasnya yang enggak aku kenal. Jelas enggak kenal lah!

"Ya ampun, Vi... kamu kok sukanya sama anak kecil sih?" tanya Putri sambil menggeleng-geleng waktu itu.

"Anak kecil?" ulangku tidak suka. "Dia cuma lebih muda satu tahun dari aku??"

"Terserahlah."

Begitulah. Kami berdua tidak pernah mau berantem. Kita berdua punya janji, "Kita harus sadar kesalahan kita dan jangan malu untuk mengakuinya, jangan malu pula untuk minta maaf paling dulu tak peduli siapa yang salah duluan."

Maghrib hari itu pula, aku dan Putri ke masjid untuk shalat bersama. Faris juga ada di sana. Selain Faris, ada Fayruuz, Fajar, Daffa, Nafis, Zidan, Adit (anak baru juga, bukan Adit yang suka main sama Kalingga itu), dan Kamal.

Langsung saja ya.

Faris datengin aku di teras masjid meninggalkan teman-temannya, sambil tertawa. Aku deg-degan didatengin Faris, jelas. Tapi kemudian Faris berkata kepadaku, "Mbak, kowe tau Zidan?" Kowe itu artinya 'kamu".

What? Zidan? Kenapa jadi nanyain Zidan?

"Tau. Yang pakek baju kuning-hitam itu?" tanyaku balas, berusaha terdengar normal dan tidak gugup. Kulihat Faris mengangguk.

"JANGAN-I-LHO, RIS!! OJO-I-LO!!" teriak Zidan dalam bahasa Jawa. Dia ngomong sambil nahan cengiran. Artinya : "Jangan, lho, Ris! Jangan lho!!"

Aku memandang Zidan sekejap yang duduk berdesakan dengan Fajar dan Fayruuz di bagian teras lainnya. Faris memanggilku kembali, "Mbak."
"Hm?" tanyaku dengan hati berbunga-bunga karena dipanggil.

"Zidan tho, suka kamu, Mbak," kata Faris mengejutkan sambil nyengir. "Katane kowe ki ayu-o."

Faris berlalu pergi sambil tertawa. Kudengar Zidan berseru "Ora-o! Ora yooo..." artinya "Enggak yaa....", kemudian Fayruuz tertawa disusul tawa Adit yang meledak mentertawakan Zidan. Aku tidak tahu arti bahasa yang dikatakan Faris tadi. Kutanyakan pada Putri yang menahan tawa.

Bukannya menjawab, Putri malah menyenggolku dan berkata pelan, "Cie, cieee..."

"Apa sih?" tanyaku.

"Kata Faris itu," kata Putri, "katanya Zidan kamu itu cantik. Cieee cieee..."

Aku diam. Kenapa posisi Faris dan Zidan enggak dibalik aja?? (Maksudnya, yang suka aku itu Faris, dan yang ngomong tadi itu Zidan) ARGH!!

BERSAMBUNG...


episode selanjutnya : Kalingga yang pintar tapi nakal. Dia bilang aku ini... OMG! Dan dia fitnah aku, tapi aku enggak besar-besarin sampai kami musuhan. Dia masih temanku. Dan aku kok mulai bosan sama Faris ya? Kenapa? Meski aku masih suka diaaaa banget. Aku sebal sama Zidan. Aku pun bikin catatan perbedaan Faris dan Zidan dengan pendapatku. Apa ya isinya? Baca lanjutannya ya besok!

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut