Bukan Diary Rahasia #3


"Main kertas lipat, yuk, Mbak?"
Icha kecil mengajakku bermain. Ia menunjukkan bungkusan kertas lipat yang tampaknya masih baru. Ia pun mengajak kedua adik perempuanku yang senang dengan kertas lipat berwarna-warni itu.
"Mainnya dimana?" tanya Fathya adik keduaku.
"Di rumahku yuk," ajak Icha menjawab. "Ada Mas Lingga juga, jadi bisa main bareng Mas Lingga."
"Kenapa Lingga engggak main sama Faris lagi?" tanyaku berusaha normal. Aku menanyakan Faris? Ah...
"Mas Farisnya kan pergi," kata Icha.
"Kemana? Kok kamu tau?"
"Mas Lingga tadi ke rumahnya Mas Faris, kata ibunya Mas Faris, Mas Farisnya lagi pergi ke rumah neneknya," kata Icha menjelaskan. Oh iya, ini kan hari Minggu. Pasti semua anak sekolah libur. Maklum saja Faris ke rumah neneknya. Paling-paling nanti sore atau malam juga pulang.



Kalingga yang paling pintar melipat kertas-lipat menjadi macam-macam bentuk. Kalingga paling suka membentuk bentuk kertas hewan semacam kucing, anjing, ikan, burung, dan semacamnya. Icha lebih suka membentuk "cetakan kue". Tau kan, yang bentuknya ada empat segitiga yang bisa memuat empat jari kita. Aisha dan Fathya lebih sering belajar ke Kalingga untuk membuat bentuk binatang. Sementara aku hanya memperhatikan mereka semua saja. Ingat umur dong!!! Waktu itu aku berumur sebelas tahun.

"Semuanya!" teriak Kalingga. Di dalam rumah, di luar rumah, dimana pun, Kalingga-Icha selalu hobi berteriak dan menjerit, memang.
Semua memandang Kalingga yang sudah berdiri.
"Aku bisa ngebikin ramalan," kata Kalingga lagi.
"Ramalan? Ramalan apa? Memangnya kamu dukun?" tanyaku nyengir.
"Yaaa... pakek kertas lipat ini, aku bisa nulis ramalan kalian," kata Kalingga sambil menunjukkan kertas lipatnya yang berwarna kuning cerah dan dilipat empat lipatan kedalam berbentuk segitiga, yang menghasilkan bentuk bujur sangkar pada kertas itu.
Aku menengadah. Aku tidak mengerti. Tentu saja semuanya tidak mengerti kecuali Kalingga sendiri. Kalingga pun pergi ke kamarnya dan kembali dengan membawa pulpen gambar Ben 10 (aku masih inget banget). Dia nulis sesuatu di balik setiap lipatan kertas-lipat itu. Semua tidak ada yang bisa lihat tulisannya apa, karena Kalingga nulis di kolong sofa (dia sempit-sempitan di sana) dan menutupi tulisannya sendiri.

"Nah! Lihat, semuanya buka ramalan kalian sendiri!" kata Kalingga. Aku masih belum mengerti. Tapi begitu melihat lipatan yang di buat Kalingga, aku agak mengerti. Jadi di atas lipatan segitiga itu ada nama-nama kami. Fia (aku), Aisha, Fathya, Icha. Di balik tulisan itu ada tulisan ramalan yang dibuat Kalingga. (Ini main pura-pura ya, bukan ramalan beneran).
(LAGIAN INI ENGGAK COCOK DISEBUT RAMALAN)
Icha duluan. Dibalik namanya ada tulisan : Namanya Icha. Nakal sama kakaknya. Dideketin semut merah kecil aja nangis apalagi kalo udah digigit. Mana nangisnya lama lagi!

Fathya kemudian. Dibalik namanya ada tulisan : Namanya Fatiya. Agak gendut lucu. Tapi sama kayak Icha, sukanya nangis, tapi Fatiya nangis gara-gara kakaknya.

"Memangnya Icha enggak nangis gara-gara kamu, Ling?" tanyaku protes sambil menahan senyum. Kalingga hanya nyengir dan menyuruh Aisha membuka bagiannya.

Dibalik nama Aisha ada tulisan : Namanya Aisha, mirip Icha namanya. Pemalu sukanya nyengir-nyengir aja padahal gigi ompong. Kalo tidur ngorok ya?

Semuanya tertawa termasuk Aisha. Aisha tau ini pura-pura saja. Tapi soal gigi, itu memang benar meski tidak parah-parah amat.

Giliranku!!

Isinya : Namanya Fia. Suka gak mau gak pake jilbab kayak adek-adeknya aja. Pacarnya Mas Zidan. Cieee....

"LINGGA!!" aku protes. Kalingga hanya tertawa. Pacarnya Zidan?? Kok bisa?? Hiii... "Kata siapa aku pacarnya Zidan?"

"Kata aku!" kata Kalingga diselingi tawanya. Ngeselin! "Kan Mbak Fia suka Mas Zidan kan?"
Lho, lho? Darimana aku suka Zidan? Yeekk...! Fitnah!!

"Enggak!" kataku cepat dengan gagah (hehe). "Lagian kalau cuma suka belum tentu pacar kan??"

"Ahahah... berarti suka kan?" tanya Kalingga masih tertawa.

Yang lain tertawa. Aku semakin kesal. Kenapa ramalanku yang paling terlihat tidak main-main ya? Kalingga ini serius?!

#


Apa-apaan sih ini? Aku kan suka Faris! Bukan suka Zidan! Kenapa selalu ada Faris, ada Zidan? Maksudnya.... akh! Aku stress!!
Aku suka Faris, kemarin Faris bilang Zidan suka aku, masa aku mau bilang aku suka Faris?? Selain Faris jadi kaget dan menjauhi aku (tau maksudnya kan. Kalau dekat-dekat nanti ada fitnah), Zidan juga sakit hati. Terus gimana??

Putri bilang aku memang harusnya agak "sadar diri dikit". Meski suka sama seseorang itu hak kita dan pantes buat siapa saja, tapi aku enggak usah kasih tau orang-orang sama siapa aku sukanya. Biarin aja orang-orang suka aku, anggap aja dia mau temenan sama aku yang anak baru ini. Biarin aja orang-orang fitnahin aku kecil-kecilan, toh kan enggak bener. Biarkan kebenaran datang sendiri. Kata Putri begitu. Putri memang bijak! Hahahaha...

Faris masih saja setiap hari ke warung soto ibuku, dan dia masih suka lupa-lupa saja. Tapi entah kenapa aku mulai bosan memperhatikannya meskipun jika mendengar suaranya saja hatiku bergetar dan perutku serasa dibolak-balik. Apa aku mulai tidak suka padanya? Atau apa?

Sekarang aku sering menulis tangan di bukuku sendiri. Aku sering menulis perbedaan Faris dengan Zidan. Entah kenapa, tapi aku ingin menulis ini. Tulisan nama Faris, kuhias dan kurapikan sebagus mungkin. Tulisan nama Zidan, aku tebal-tebalkan, kutekankan, kurusak sedikit. SEBAAAALLL!!!

Faris : (satu tahun satu bulan lebih muda dari aku) agak gemuk sih, tapi ganteng. Dia putih tapi lama-lama kok makin cokelat ya kulitnya? Tapi dia tetep ganteng, oke? Sayangnya aku lebih tua dari dia sedikit. Kalo aku perhatiin wajahnya, ugh! Matanya itu hampir sipit sedikit, pipinya tembem, hidungnya enggak mancung, enggak pesek, alisnya enggak tebal, enggak tipis. Menurutku, dia lebih mirip ibunya daripada bapaknya. O ya, dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya Fauzi namanya. Sebenarnya, sekarang ibunya lagi hamil lagi. Faris hampir jadi kakak untuk kedua kalinya! Congrats!

ZiDAn : (enam bulan lebih muda dari aku) coba Faris yang enam bulan lebih muda dari aku. Tapi ya... terima sajalah. Dia enggak gemuk kayak Faris, tapi kuruuuus. Enggak kurus-kurus amat, tapi kurus biasa aja (kenapa enggak jadi tengkorak sekalian?) Wajahnya? Beda sama Faris, jelas lah. Gantengan Faris kaleee...! Dia itu enggak muka bulat kayak Faris, tapi modelnya kayak Louis Tomlinson bentuk mukanya alias agak lonjong. Pantes sama postur tubuhnya (beuh, ngapain ngomong itu?). Alisnya agak tebal, bulu matanya lentiiiiikk banget, kayak cewek. Mungkin turunan dari ibunya kali ya. Kulitnya dari dulu enggak ada perubahan, cokelat sawo mentah kayak Faris yang sekarang! Tau gak?? Kata Mbak Putri "gerak-geriknya" ZIdAn itu mirip Harsyad Arora yang pemain film sinetron india Beintehaa itu loh. Gerak-geriknya loh! Bukan wajahnya! Wajahnya sih ganteng Harsyad Arora dan Faris!!

LEBIH SEBELNYA LAGI, DI LEMARIKU ADA TULISAN NAMA "ZIDAN" BESAR-BESAR DAN PENUH HIASAN YANG AKU TULIS DULU KALA. Kenapa ada tulisan nama "Zidan" di pintu lemariku coba?

Karena... dulu waktu di Bandung, aku kan sekolah. Nah, di sekolah itu, aku punya guru favorit namanya Bu Heni, guru khusus kelasku. Bu Heni itu, pernah ngundang aku dan keluarga untuk ke rumahnya waktu Bu Heni ada acara khitanan anaknya yang pertama. Anaknya yang pertama itu namanya Zidan juga. Umurnya seusia Fathya dulu.

"Kakak, kita mau kemana?" tanya Fathya kecil waktu aku dan sekeluarga sudah mau berangkat ke rumah Bu Heni.

"Ke rumah gurunya Kakak," kataku menjawab. "Nanti Dede Fathya punya teman loh."

"Teman?" kata Fathya senang. "Siapa?"

"Namanya Zidan," jawabku.

"Oh."
Beberapa saat kemudian, ayahku sudah menyalakan mesin mobil. Ibuku menyuruh aku, Aisha dan Fathya (waktu itu Ghazief belum ada, di perut sekalipun) untuk masuk mobil segera. Tapi tiba-tiba Fathya menarik kaus bajuku dan bertanya, "Tadi nama teman Dede siapa?"

"Zidan." Aku menjawab.

"Siapa? Jisan?"

"ZIDAN." Aku kesal.

"Cara nulis namanya gimana?"

Aku mengambil spidol (salah ngambil spidol biasa, malah spidol permanen) lalu menulis di mana saja yang kumau. Di pintu lemariku. Kutulis Z, I, D, A, N dengan jelas dan iseng saja, kuberi hiasan bunga dan bentuk hati di sekelilingnya (dulu setiap aku menulis apa saja, memang aku selalu menghiasnya). Fathya manggut-manggut.

Back to Bukan Diary Rahasiaku.

BERSAMBUNG...


episode selanjutnya : aku lebih sering main sama anak laki-laki daripada anak perempuan jadinya semenjak Fajar yang "baik hati" mengajakku main pocong-pocongan dan berbicara tentang bulan purnama yang indah... (Fajar tidak ngegombal kok, aku tau) dan selain Fajar, ada Fayruuz, Zidan juga Adit. Aku senang main sama mereka. Gumonku, Zidan nampak memang suka sama aku jadi dia rada malu-malu, tapi kok dia kayak mengabaikanku? Biar!!

4 komentar:

  1. ehm mbak via disenengi (disukai) zidan *sokkenal*

    BalasHapus
  2. @Miyuku hahaha... mau kenalan juga boleh..

    BalasHapus
  3. @Miyuku, kenalan ya? FB-nya : "Mas Zidan MS". Tapi aku enggak temenan, soalnya malu. Hehe...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut